• Post Title 1
    Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Ut odio. Nam sed est. Nam a risus et est iaculis adipiscing.

Featured Posts Coolbthemes

Senin, 10 Februari 2014

Sekolah / Madrasah Kreatif

IMG_20131014_095532 Sekolah/Madrasah Kreatif adalah sekolah atau madrasah yang bertujuan menjadikan peserta didiknya menjadi kreatif. Sekolah/Madrasah mampu memfasilitasi dan membimbing peserta didik untuk menumbuhkan dan meningkatkan daya kreativitas mereka. Sehingga kurikulum yang digunakan adalah kurikulum yang telah disusun sedemikian rupa agar tujuan sekolah/madrasah kreatif dapat dicapai.

Dengan demikian konsep dasar yang harus ada dalam sekolah/madrasah kreatif adalah menyenangkan dan aplikatif. Menyenangkan dalam artian luas adalah suasana dan proses belajar yang ada haruslah menyenangkan, tidak membosankan dan membuat peserta didik tidak sabar untuk kembali ke sekolah/madrasah ketika mereka pulang.

Aplikatif dalam artian materi yang diajarkan tidak hanya teoritis melainkan dapat dipraktekkan dalam kegiatan sehari-hari. Atau bisa jadi proses belajar mengajar yang terjadi adalah praktek langsung yang disusun sedemikian rupa sesuai dengan materi yang telah ditentukan.

Dari dua konsep dasar yang harus ada dalam sekolah/madrasah kreatif ini peran guru adalah dominan dalam mewujudkan proses belajar yang menyenangkan dan aplikatif. Gurunya harus lebih dulu kreatif sebelum mereka menjadikan peserta didik mereka kreatif.

Adapun pengertian Daya cipta atau kreativitas adalah proses mental yang melibatkan pemunculan gagasan atau anggitan (concept) baru, atau hubungan baru antara gagasan dan anggitan yang sudah ada. Dari sudut pandang keilmuan, hasil dari pemikiran berdayacipta (creative thinking) (kadang disebut pemikiran bercabang) biasanya dianggap memiliki keaslian dan kepantasan. Sebagai alternatif, konsepsi sehari-hari dari daya cipta adalah tindakan membuat sesuatu yang baru (id.wikipedia.org/wiki/Daya_cipta)

Ciri anak kreatif:

1. Berpikir Lancar

2. Fleksibel dan orisinil dalam Berpikir

3. Elaborasi

4. Imaginatif

5. Senang mengekplorasi Lingkungannya

6. Banyak bertanya

7. Suka bereksperimen

8. Suka Menerima Rangsangan Baru

9. Berminat Melakukan Banyak Hal

10. Tidak Mudah Merasa Bosan

 

Bersambung: Membangun Sekolah/Madrasah Kreatif.

Senin, 02 September 2013

Contoh Jadwal Pelajaran Full Day

SENIN-KAMIS
Kelas 3 - 6
WAKTU KEGIATAN
06.45 - 07.00 Sholat Dhuha
07.00 - 07.35 Jam ke-1
07.35 - 08.10 Jam ke-2
08.10 - 08.45 Jam ke-3
08.45 - 09.20 Jam ke-4
09.20 - 09.40 Istirahat Pertama
09.40 - 10.15 Jam ke-5
10.15 - 10.50 Jam ke-6
10.50 - 11.25 Jam ke-7
11.25 - 12.00 Jam ke-8
12.00 - 12.30 Sholat Dhuhur Berjamaah
12.30 - 13.00 Makan Siang + Istirahat Kedua
13.00 - 13.45 Review Pelajaran
13.45 - 14.35 TPQ

Kelas 1 - 2
WAKTU KEGIATAN
06.45 - 07.00 Sholat Dhuha
07.00 - 07.35 Jam ke-1
07.35 - 08.10 Jam ke-2
08.10 - 08.45 Jam ke-3
08.45 - 09.20 Jam ke-4
09.20 - 09.40 Istirahat Pertama
09.40 - 10.15 Jam ke-5
10.15 - 10.50 Jam ke-6
10.50 - 11.25 Jam ke-7
11.25 - 12.00 Review Pelajaran
12.00 - 12.30 Sholat Dhuhur Berjamaah
12.30 - 13.00 Makan Siang + Istirahat Kedua
13.00 - 13.45 TPQ


JUM’AT
Kelas 3 - 6
WAKTU KEGIATAN
06.45 - 07.00 Sholat Dhuha
07.00 - 07.35 Jam ke-1
07.35 - 08.10 Jam ke-2
08.10 - 08.45 Jam ke-3
08.45 - 09.20 Jam ke-4
09.20 - 09.40 Istirahat Pertama
09.40 - 10.15 Jam ke-5
10.15 - 10.50 Jam ke-6
10.50 - 11.25 Jam ke-7
11.25 - 12.45 Sholat Jum’at (Putra)
Sholat Dhuhur (Putri)
12.45 - 13.15 Makan Siang + Istirahat Kedua
13.15 - 13.45 Review Pelajaran
13.45 - 14.35 TPQ

Kelas 1 - 2
WAKTU KEGIATAN
06.45 - 07.00 Sholat Dhuha
07.00 - 07.35 Jam ke-1
07.35 - 08.10 Jam ke-2
08.10 - 08.45 Jam ke-3
08.45 - 09.20 Jam ke-4
09.20 - 09.40 Istirahat Pertama
09.40 - 10.15 Jam ke-5
10.15 - 10.50 Jam ke-6
10.50 - 11.25 Jam ke-7
11.25 - 12.45 Sholat Jum’at (Putra)
Sholat Dhuhur (Putri)
12.45 - 13.15 Makan Siang + Istirahat Kedua
13.15 - 13.45 TPQ


SABTU
Kelas 3 - 6
WAKTU KEGIATAN
06.45 – 08.00 Sabtu Sehat / Sabtu Bersih
08.00 - 09.00 Pengembangan Diri (Ekstra / Club)
09.00 – 10.00 Ekstra Pilihan (Tidak Wajib)

Kelas 1 - 2
WAKTU KEGIATAN
06.45 – 08.00 Sabtu Sehat / Sabtu Bersih
08.00 - 09.00 Pengembangan Diri (Ekstra / Club)
09.00 – 10.00 Ekstra Pilihan (Tidak Wajib)

v Untuk hari Senin Jam ke-1 diganti Upacara Bendera dilanjutkan Sholat Dhuha.
v Jadwal bisa berubah menyesuaikan situasi dan kondisi.

Kamis, 11 Juli 2013

Contoh Review Jurnal Penelitian

Review:
Experiences of High School Students Using an Internet-Based Lesson on Careers
(Pengalaman Siswa-siswa SMA dalam Pelajaran Karir Berbasis Internet)
By Mary A. Wilkerson, Ed.S.
I. Tujuan
Tujuan penelitian tersebut ada 2 yaitu:
a. Untuk menggambarkan perubahan keyakinan pada dua kelompok siswa tentang perencanaan masa depan dan karir sebagai hasil dari keikutsertaan mereka pada satuan pembelajaran tentang perencanaan karir.
b. Untuk menyelidiki persamaan dan perbedaan pada pengalaman pembelajaran kelompok-kelompok berdasarkan metode instruksi.
II. Rumusan Masalah:
a. Apakah persamaan dan perbedaan dari pengalaman pembelajaran, daya ingat materi, dan keyakinan siswa tentang karir dan perencanaan masa depannya siswa berdasarkan tipe instruksi yang mereka terima selama di satuan perencanaan karir?
b. Bagaimana pengajaran perencanaan karir merubah keyakinan siswa tentang masa depan mereka?
III. Metode
Ø Desain:2 kelompok yaitu kelompok instuksi tradisional dan intervensi (yang dikenai perlakuan).
Ø Sampel: SMA Umum daerah pedesaan di Georgia. Populasinya sekitar 1.170 kelas 9 s/d 12. Sedangkan perbandingan ras adalah Asia 10 %, Kulit Hitam 58 %, Hispanian 1 % dan Kulit Putih 40 %. Sampel yang diambil adalah 55 siswa berumur 14 – 17 tahun dari jurusan Bisnis Komunikasi terbagi menjadi Kelompok tradisional terdiri dari 28 siswa yaitu 18 perempuan dan 10 laki-laki, 11 kulit putih dan 17 kulit hitam. Sedangkan kelompok dengan intervensi terdiri dari 27 siswa yaitu 14 perempuan dan 13 laki-laki, 7 berkulit putih dan 20 kulit hitam.
Ø Instrumen: Pengumpulan data yang digunakan adalah jurnal siswa, pengamatan guru, nilai pre-tes dan post-tes, angket serta interview.
Ø Analisis: Perbandingan rata-rata pre tes dan post tes antara kelompok tradisional dan intervensi. Perbandingan prosentase hasil survey dan jurnal, antara kelompok tradisional dan intervensi. Ringkasan catatan observasi guru.
IV. Hasil
1. Pengalaman pembelajaran: mayoritas siswa sama antara kelompok tradisional dan intervensi menyatakan pengalaman belajar mereka menarik. Perbedaannya adalah pada kelompok intervansi 100 % siswa menikmati proses pembelajaran, tetapi pada kelompok tradisional tidak semua siswa merasa menikmati proses pembelajaran. Daya ingat materi: perbandingan nilai pre-tes dan post-tes diperoleh nilai rata-rata kelompok intervensi jauh lebih baik daripada kelompok tradisional. Keyakinan siswa tentang karir dan masa depan: kelompok tradisional memerlukan lebih banyak informasi tentang karir untuk membantu merencanakan masa depan yang sukses. Sebagaian besar siswa dari kelompok intervensi menyatakan bahwa penggunaan web kurikulum dan internet membuat mereka lebih dapat mengelola informasi yang didapat.
2. Setelah menyelesaikan satuan tersebut, ada peningkatan 15 % dari siswa kelompok intervensi yang menyatakan mereka sekarang mengetahui karir yang jelas yang akan mereka kejar. Sementara pada kelompok tradisional hanya 10 % siswa yang menemukan karir.
V. Kesimpulan
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan unit berbasis internet untuk mempelajari perencanaan karir meningkatkan pencapaian siswa dibandingkan dengan instruksi tradisional kuliah dan mencatat. Metode intervensi lebih efektif karena (a) itu memungkinkan siswa untuk bekerja pada kecepatan mereka sendiri, (b) suara dan grafis membuat subjek dan instruksi lebih menarik bagi kebanyakan siswa, dan (c) informasi lebih lanjut untuk setiap bidang karir yang tersedia dengan masuknya Internet.

Kamis, 23 Mei 2013

Metode Pembelajaran: Belajar Kelompok (Diskusi)

Technorati Tags: ,
Photo: Diskusi kelompok membantu siswa bermasalah menjadi lebih aktif. Efektif pada kelas yang terdapt perbedaan daya tangkap siswa yang signifikan,Seringkali para pendidik menemui dalam suatu kelas terdapat seorang atau bahkan beberapa peserta didik yang mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran. Disinilah peran aktif dan kreatifitas seorang pendidik diperlukan dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat agar seluruh peserta didik dapat memahami materi pembelajaran yang disampaikan.
Sebagai seorang pendidik saya ingin berbagi pengalaman dalam menangani sebuah kelas yang terdapat beberapa peserta didik yang mengalami masalah kesulitan dalam menerima pelajaran. Sedangkan beberapa peserta didik lainnya justru menangkap pelajaran dengan sangat cepat.
Penerapan metode pembelajaran yang tepat adalah salah satu cara yang saya pergunakan dalam menghadapi suatu kelas yang terdapat peserta didik yang tingkat pemahaman akan pelajaran sangat berbeda jauh.
Sebelum kita membicarakan metode pembelajaran yang mana yang sesuai dengan kondisi kelas diatas maka tidak ada salahnya jika kita mengetahui terlebih dahulu apa itu metode pembelajaran. Metode pembelajaran atau strategi mengajar adalah suatu cara menyampaikan pesan yang terkandung dalam kurikulum. Metode harus sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Metode pembelajaran ini, menjawab pertanyaan “how” yaitu bagaimana menyampaikan materi atau isi kurikulum kepada siswa secara efektif. Oleh karenanya, walaupun metode pembelajaran adalah komponen yang kecil dari perencanaan pengajaran (instructional plan), tetapi memiliki peran dan fungsi yang sangat penting dalam proses belajar itu sendiri.
Dari bermacam-macam metode pembelajaran yang ada, saya cenderung menggunakan metode diskusi dalam penyampaian materi pembelajaran yang tentu saja disesuaikan dengan kondisi dan situasi serta materi pembelajaran termsuk SK dan KD.
Lebih jauh dalam penerapannya, metode yang saya gunakan cenderung menyerupai metode STAD (Student Team – Achievement Divisions). Dimana ciri khas STAD adalah lima konponennya yaitu: presentasi kelas, kerja tim, kuis, skor perbaikan individual, dan penghargaan tim.
Jadi secara terperinci sebagai berikut: langkah pertama, kelas kita bagi dahulu menjadi beberapa kelompok tergantung dari jumlah peserta didik. Saya biasanya membagi satu kelompok maksimal 5 peserta didik. Kelompok tersebut kemudian kita tunjuk seorang peserta didik untuk menjadi ketua kelompok. Biasanya saya menunjuk peserta didik yang terpandai (kebijakan guru).
Langkah kedua, kita menyampaikan materi seperti biasa, terserah memakai metode apa bisa metode pembelajaran ceramah, alat peraga atau campuran metode lainnya.
Langkah ketiga, kita mulai diskusi dengan memberi beberapa masalah yang harus diselesaikan oleh tiap-tiap kelompok. Disinilah fokus dari semua kegiatan pembelajaran yang saya maksud. Bagaimana sebuah kelompok diskusi memecahkan masalah yang disitu dapat merangsang peserta didik yang mengalami kesulitan menangkap pelajaran menjadi aktif meskipun terdapat masalah-masalah lainnya. Diharapkan teman dalam kelompok dapat membantu si peserta didik “telmi” (telat mikir) menjadi agak terdorong untuk bisa karena terbantu oleh teman-teman satu kelompok.
Langkah keempat dan selanjutnya adalah penilaian secara kelompok dan individu.
Semoga dapat membantu teman-teman pendidik dan mohon sarannya jika ada kesalahan.

Jumat, 12 April 2013

Sekilas Kurikulum di Indonesia

Ayo sekolah Secara resmi di Indonesia telah menerapkan enam kali perubahan kurikulum, yaitu kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 2004, dan yang sekarang berlaku yaitu KurikulumTingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang dikeluarkan pemerintah melalui Permen Dinas Nomor 22 tentang standar isi, Permen Nomor 23 tentang standar lulusan, dan Permen Nomor 24 tentang pelaksanaan permen tersebut, tahun 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan revisi dan pengembangan dari kurikulum Berbasis Kompetensi, atau kurikulum 2004. Dan sekarang yang lagi banyak menjadi sorotan adalah kurikulum 2013 – belum ada nama.
Sebenarnya cikal bakal kurikulum di Indonesia berawal pada tahun 1947, kurikulum saat itu diberi nama Rentjana Pelajaran 1947. Kurikulum ini masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang.
Selanjutnya kurikulum 1947 mengalami penyempurnaan pada tahun 1952 yang diberi nama Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem kurikulum di Indonesia. Kurikulum kali ini diberi nama Rentjana Pendidikan 1964. Ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintah mempunyai keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang SD yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan jasmani.
Selanjutnya ada kurikulum 1968 yang merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, kurikulum ini berorientasi pada materi.
Kurikulum 1984
Berorientasi kepada tujuan instruksional. Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif (CBSA). Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa. Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
Kurikulum 1994
Bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Akibat dari kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi (content oriented), tjd masalah: Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi/substansi setiap mata pelajaran. Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.
Kurikulum Berbasis Kompetensi – Versi Tahun 2002 dan 2004.
KBK menitikberatkan pada pengembangan kemampuan untuk melakukan (kompetensi) tugas-tugas tertentu sesuai dengan standar performance yang telah ditetapkan. Pendidikan mengacu pada upaya penyiapan individu yang mampu melakukan perangkat kompetensi yang telah ditentukan.
Kurikulum Berbasis Kompetensi – Versi KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
Esensi isi dan arah pengembangan pembelajaran tetap masih bercirikan. tercapainya paket-paket kompetensi. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif seperti buku, LKS, dan media lainnya. Yang menjadi titik berat KBK versi KTSP ini adalah bahwa sekolah diberi kewenangan penuh menyusun rencana pendidikannya dengan mengacu pada standar-standar yang telah ditetapkan, mulai dari tujuan, visi – misi, struktur dan muatan kurikulum, beban belajar, kalender pendidikan, hingga pengembangan silabusnya. Semuanya itu didasarkan pada kondisi sekolah masing-masing.

Rabu, 10 April 2013

Kurikulum 2013 dan Mutu Guru

books and penJika tidak dilaksanakan sekarang, kita akan kehilangan momentum.” jelas M. Nuh selaku Mendikbud dalam sebuah talkshow di suatu stasiun TV ketika ditanya alasan mengapa kurikulum yang baru atau lebih dikenal dengan kurikulum 2013 harus dilaksanakan tahun ajaran baru 2013-2014. Pada kesempatan lain dengan pertanyaan yang sama Wamendikbud, Musliar Kasim, menambahkan, “Kalau tidak, atau menunda satu tahun saja, ada 10 juta anak kelas 1 SD yang tidak mendapatkan kesempatan. Siswa kelas 1 dan kelas 4 itu sekitar 10 juta. Sayang anak-anak kita. Karena itu kita harus all out.” Sebuah alasan yang bisa jadi logis dan bisa jadi tidak logis.

Dikatakan logis karena memang benar bahwa saat ini kurikulum yang ada memuat beban yang sangat luar biasa baik dari segi jam pelajaran maupun jumlah mata pelajaran. Untuk tingkat pendidikan dasar Indonesia mempunyai jumlah mata pelajaran yang lebih banyak dibandingkan dengan negara Korea Selatan, Jepang bahkan negara tetangga Malaysia dan Singapura. Belum lagi kualitas siswa yang kalah jauh dari negara-negara lain. Indonesia menempati urutan 10 terbawah dari 74 negara anggota PISA (Program for International Student Assessment) dalam pelajaran Matematika, IPA dan Membaca (sumber: Wikipedia.org).

Alasan yang membuat penerapan kurikulum 2013 terkesan dipaksakan harus tahun 2013 adalah alasan politis. Mengingat kabinet Indonesia Bersatu jilid II yang akan segera berakhir sehingga kesannya kurikulu 2013 adalah legacy dari pemerintahan Presiden SBY.

Sebagai bahan renungan bahwa di Indonesia telah menerapkan enam kali perubahan kurikulum, yaitu kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 2004, dan yang sekarang berlaku yaitu KurikulumTingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang dikeluarkan pemerintah melalui Permen Diknas Nomor 22 tentang standar isi, Permen Nomor 23 tentang standar lulusan, dan Permen Nomor 24 tentang pelaksanaan permen tersebut, tahun 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan revisi dan pengembangan dari kurikulum Berbasis Kompetensi, atau kurikulum 2004.

Lalu apa yang membedakan KTSP dengan kurikulum 2013?

Perbedaan mendasar adalah jika pada KTSP kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran maka pada kurikulum 2013 berubah menjadi mata pelajaran yang dikembangkan dari kompetensi siswa.

Kompetensi siswa akan dikembangkan melalui tematik integratif dalam semua mata pelajaran wajib maupun pilihan.

"Tematik integratif akan mengasah kemampuan siswa memahami ilmu pengetahuan yang diajarkan. Misalnya, ilmu berhitung yang diintegrasikan dalam pelajaran IPS sehingga diharapkan mereka mengetahui manfaat berhitung untuk kehidupan seperti membelanjakan uang atau lainnya," tutur Wamendikbud dalam sebuah acara sosialisasi kurikulum 2013 bersama praktisi pendidikan Kabupaten Karimun di Gedung Nasional Tanjung Balai Karimun, Sabtu (2/2).

Lepas dari semua kontroversi kurikulum 2013, yang harus dipersiapkan sekolah dalam menyongsong perubahan kurikulum ini adalah kultur pembelajaran yang dibangun pihak sekolah dalam hal ini adalah guru. Sekolah harus menciptakan siswa yang mampu berfikir secara kreatif, inovatif maupun memiliki daya saing yang cukup tinggi. Sekolah dalam hal ini adalah gurulah yang pertama harus disiapkan guna menyambut penerapan kurikulum baru ini. Apalagi guru tingkat sekolah dasar, tidaklah mudah menerapkan tematik integratif dalam semua mata pelajaran. Meskipun selama ini mulai kelas I – III sudah diterapkan sistem tematik dalam semua pelajaran namun faktanya tidak semua sekolah telah menerapkan sistem tersebut. Para guru beralasan bahwa mereka belum terbiasa dan pelatihan – pelatihan yang diadakan sangat kurang.

Tidak dapat dipungkiri mutu guru di Indonesia sangatlah jauh dari memadai jika kurikulum 2013 diterapkan pada tahun ajaran 2013 – 2014. Seperti kita ketahui bahwa sepanjang 2012 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah menyelenggarakan berbagai uji kompetensi yang diperuntukkan bagi guru. Baik dari Uji Kompetensi Awal (UKA) hingga Uji Kompetensi Guru (UKG) yang baru saja usai dilaksanakan November silam. Hasil uji kompetensi rata-rata masih berada di nilai 40. Yang berarti, bahwa peningkatan mutu guru masih pada standar yang sama. Namun, Mendikbud Mohammad Nuh tetap berujar optimis bahwa ke depan akan ada peningkatan mutu guru.

Rencananya pada tahun ini, Kemendikbud juga telah menyiapkan penilaian kinerja untuk para guru. "Jangan sampai gurunya jelek. Harus diperbaiki terus. Jadi output siswanya juga ikut membaik dan semakin baik. Khususnya untuk persiapan pelaksanaan kurikulum 2013," kata Nuh di Jakarta, Selasa (8/1) (Sumber: @IRNewscom).

Memang sangatlah rumit jika harus membicarakan mutu guru, terlalu naif jika menilai mutu guru hanya dari sebuah ujian, UKA dan UKG, namun itulah standart penilaian dari Kemendikbud untuk menilai kompetensi guru. Diakui atau tidak, banyak sekali pekerjaan rumah yang harus disiapkan terutama guru berkaitan dengan pelaksanaan kurikulum 2013. Seperti apa yang telah disampaikan diatas bahwa sekolah harus menciptakan siswa yang mampu berfikir secara kreatif, inovatif maupun memiliki daya saing yang cukup tinggi. Sekolah dalam hal ini guru harus bisa membuat siswa seakan tidak ingin meninggalkan kelas karena suasana pembelajaran yang menyenangkan, bagaimana guru dapat memotivasi siswa agar mau belajar tanpa harus disuruh, bagaimana guru dapat memanfaatkan sumber daya dan fasilitas seadanya untuk mendukung proses belajar mengajar di dalam kelas, dan masalah-masalah lain yang berkaitan dengan kopetensi guru sebagai pilar utama kesuksesan pelaksanaan kurikulum 2013.

Sabtu, 16 Februari 2013

Aplikasi TRIMS dan EMIS, bukti tidak rukunnya Kemendikbud dan Kemenag


Aplikasi Pelaporan dan Manajemen Sekolah/ Tools for Reporting Information Management by School (TRIMS) merupakan sistem informasi pendidikan yang diharapkan mampu mensinkronisasi data-data yang telah dikumpulkan oleh sekolah; dinas cabang/UPTD; Dinas Dikbud Kabupaten/Kota dan Propinsi; serta Kemendikbud. TRIMS dibuat berdasarkan format pelaporan yang telah ada sebelumnya sehingga sekolah dapat melakukan input data dengan mudah. TRIMS juga dilengkapi dengan indikator pendidikan di sekolah berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM) sehingga data yang diinput oleh sekolah dapat dimanfaatkan oleh sekolah dalam menyusun dokumen perencanaan seperti Rencana Pengembangan Sekolah (RPS), Rencana Anggaran Belanja Sekolah (RAPBS), dsb. Sedangkan bagi instansi terkait, dengan adanya TRIMS diharapkan dapat menyedianak data yang mendukung dalam proses penentuan kebijakan, perencanaan, monitoring dan evaluasi manajemen pendidikan. Semoga …

Sedangkan Emis adalah kependekan dari Education Management Information System. EMIS diawali dari proyek ADB yaitu JSEP-ADB loan thn 1994-1998. Kemudian berlanjut tahun 1998 menjadi BEP-DMAP. Sumber awal pendanaan kegiatan EMIS berasal dari ADB melalui proyek2 JSEP, BEP dan DMAP. Sejak TA 2001, seluruh kegiatan EMIS dibiayai oleh APBN hingga sekarang. Sumber awal pendanaan kegiatan EMIS berasal dari ADB melalui proyek2 JSEP, BEP dan DMAP. Sejak TA 2001, seluruh kegiatan EMIS dibiayai oleh APBN hingga sekarang. Sejak TA 2001, seluruh kegiatan EMIS dibiayai oleh APBN hingga sekarang.

Secara garis besar kedua-duanya adalah sistem online yang dibangun oleh Kemendikbud dengan TRIMS-nya dan Kemenag dengan EMIS-nya. Sekalipun proyek ini sudah jauh hari sudah direncanakan namun tetap saja hal tersebut mengindikasikan ketidak rukunan kedua institusi tersebut. Ketidak rukunan tersebut bisa diartikan tidak adanya koordinasi ataupun masing-masing institusi yang ingin unjuk gigi bahwa merekalah yang paling hebat, dan yang tidak kalah menakutkan adalah keuntungan dari proyek pembuatan sistem online keduanya.

Betapa menjengkelkan para pengelola sekolah di lingkungan Kemenag ketika sudah dipusingkan dengan EMIS tiba-tiba hadirlah TRIMS yang notabene tidak jauh berbeda yaitu sistem informasi sekolah yang berbasis online. Kenapa tidak berbagi aja? Toh, isinya sama.